BAB I
Pendahuluan
Dalam sepanjang hidupnya manusia
selalu dihadapkan pada
pilihan-pilihan atau alternatif
dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life
choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari
manusia melakukan atau membuat pilihan-pilihan di
antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan
tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian
masalah yakni upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan
antara keadaan saat ini dan keadaan yang
diinginkan.
Matlin (1998) menyatakan bahwa
situasi pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi
keberhasilan suatu pengambilan keputusan. Setelah
seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka selanjutnya dia akan
melakukan tindakan untuk mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan
menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada.
Dalam tahap ini reaksi individu yang satu
dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan
kondisi masing-masing individu. Ada individu yang dapat
segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan,
namun ada juga individu lain yang tampaknya
mengalami kesulitan untuk menentukan sikapnya.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengambilan
Keputusan
Pengambilan
keputusan berarti adanya kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan
alternative (atau lebih). Andaikata tidak perlu adanya pilihan guna memecahkan
sebuah problema, maka seorang individu tidak aktual terlibat dalam suatu
situasi pengambilan keputusan.
Perlu
diingat bahwa pada dasarnya pengambilan keputusan dan pemecahan masalah tidak
perlu identik. Menurut Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport, pengambilan
keputusan adalah proses memilih rangkaian/ tindakan diantara dua macam
alternative yang ada (atau lebih) guna mencapai pemecahan atas problema
tertentu.
Pengambilan
keputusan adalah demikian penting, hingga tidak ada satupun fungsi manajemen
dapat dilaksanakan tanpanya. Untuk tujuan manajemen keputusan jelas diperlukan
dalam hal: perencanaan, pengorganisasian, menggerakan (actuating), dan pengawasan.
Pada
tingkat-tingkat puncak sebuah organisasi, keputusan-keputusan menetapkan
sasaran secara menyeluruh dan strategi-strategi, tergolong pada keputusan yang
paling penting yang harus dibuat. Para manajer tingkat menengah (middle managers) biasanya lebih banyak
terlibat dalam pengambilan keputusan yang dibatasi oleh kebijaksanaan kerja dan
rencana-rencana secara menyeluruh.
B.
Sasaran-sasaran
dan Pengambilan Keputusan
Sasaran
merupakan tujuan (target) yang diupayakan pencapaiannya oleh para manajer dalam
aneka macam periode waktu. Pada umumnya
mereka berupaya pernyataan luas yang dapat digunakan sebagai pedoman-pedoman
untuk bertindak dalam hal menentukan arah yang akan ditempuh oleh organisasi
dan aktivitas yang akan dilaksanakan mereka.
Sasaran
utama (the primary objective) dari
perusahaan “X” adalah mengoptimasi
penggunaan sumber daya dan menghasilkan pertumbuhan laba jangka pendek dan
jangka panjang yang konsisten dengan kepentingan para:
1. Pembeli
2. Pemilik
saham
3. Karyawan
4. Pemasok
5. Mayarakat
luas
Sasaran
merupakan titik pusat atas apa semua keputusan disusun. Mereka merupakan
petunjuk-petunjuk bagi seleksi alternative yang membantu kea rah pencapaiannya.
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan bukanlah
tujuan tersendiri maupun merupakan kejadian yang berdiri sendiri, tetapi ia
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang digariskan.
C.
Proses
Pengambilan Keputusan
Apabila
seorang manajer telah mengambil sesuatu keputusan, maka ia telah melewati suatu
seri langkah-langkah yang secara sistematikal berkaitan satu sama lain. Pada
dasarnya langkah-langkah proses pengambilan keputusan mencakup aktivitas
sebagai berikut:
1. Menentukan
problema yang berkaitan dengan sasaran-sasaran yang ingin dicapai
Kesulitan yang
berkaiatan dengan langkah ini terlihat dari problem yang bersifat subjektif dan
relative bagi pihak pengambil keputusan. Sebuah problem dapat kita nyatakan
sebagai penyimpangan dari sasaran yang ingin dicapai. Dalam upaya
menidentifiksasi problem real perlu dilaksanakan upaya dan pengorbanan waktu
guna mengumpulkan data serta informasi yang relevan bagi problem yang bersangkutan.
Problem perlu dirumuskan secara tepat dan luas jangkauannya perlu dipahami.
Salah satu cara untuk menjangkau problem yang tepat adalah mengajukan
pertanyaan “apakah yang ingin kita capai?”
2. Mengidentifikasi
pemecahan-pemecahan alternatif
Langkah ini mencakup
preparasi sebuah daftar aneka macam tindakan alternative yang dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan problem yang sedang dihadapi. Agar efisien, hanya
alternative realistic yang dapat dijalankan dimasukan ke dalam daftar tersebut.
Menajer baik merupakan innovator yang amat tergantung pada kemampuan ingenuitas
dan kemampuan berpikir kreatih mereka. Inovasi di sini dianggap sebagai sebuah
ide praktek, atau objek yang dianggap beru oleh pihak pengambilan keputusan.
3. Menganalisis
hasil masing-masing alternative
Langkah ketiga
ini dipandang dari sudut konsekuensinya serta dampaknya atas pencapaian
sasaran. Pada umunya dapat dikatakan bahwa para manajer tidak pernah pasti
tentang hasil actual masing-masing pencapaian hasil. Maka para manajer harus
menyandarkan diri pada:
·
Pengetahuan yang
berlaku
·
Pengalaman masa lampau
·
Pandangan ke depan
·
Sikap ilmiah
Seorang pengambil keputusan harus mengetahui
factor-faktor strategis atau factor-faktor kendala yang menyebabkan timbulnya
sebuah problem. Factor strategis adalah factor yang paling penting dalam hal
mendeterminasi tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan dalam rangka upaya
memecahkan problem tersebut. Yang paling penting adalah dalam biadang
pengambilan keputusan dalam bentuk tempat dan waktu.
4. Memilih
salah satu alternative untuk diimplemetasikan
Kuncinya adalah
menelaah proses yang ada hingga dapat ditemukan langkah-langkah yang terbaik
guna mencapai sesuatu tujuan, atau untuk memecahkan probelam yang sedang
dihadapi. Pemilihan sebuah alternative juga mengharuskan bahwa hal tersebut
dikomunikasikan kepada para anggota organisasi yang ada. Berhasil atau tidaknya
penerapan sesuatu alternative banyak tergantung pada cara bagaiamana ia
diintroduksi ke dalam sebuah organisasi san bagaimana keputusan tersebut
dibuat.
D.
Jenis-jenis
Keputusan
Dalam
setiap organisasi, manajer dapat dibedakan berdasarkan latar belakang, gaya
hidup atau jarak mereka dengan bawahan, tetapi cepat atau lambat mereka semua
harus melakukan pengambilan keputusan. Meskipun pengambilan keputusan bersifat
partisipatif, namun manajerlah yang bertanggung jawab penuh terhadap hasil
keputusan.
Para
peneliti dalam bidang pengambilan keputusan telah mengembangkan beberapa
klasifikasi tipe keputusan. Menggunakan klasifikasi yang dikemukakan Herbert
Simon, membedakan dua tipe keputusan:
1.
Keputusan
terprogram. Situasi dimana prosedur spesfik
telah dikembangkan untuk masalah berulang dan rutin. Keputusan ini bersifat
berulang, rutin, dan memiliki procedural penanganan yang baku.
2.
Keputusan
tidak terprogram. Keputusan yang
diperlukan untuk masalah manajemen yang unik dan kompleks karena keputusan ini
benar-benar baru dan belum terstruktur. Tidak ada prosedural yang pasti dalam
menangani masalah tersebut, baik karena belum pernah ditemukan situasi yang
sama sebelumnya, atau karena bersifat sangat kompleks dan sangat penting.
Keputusan seperti ini membutuhkan penanganan khusus.
E.
Upaya
untuk Mengurangi Kompleksitas Proses Keputusan
Salah
satu cara untuk mensimplifikasi proses keputusan adalah tindakan menetapkan/
menggariskan sasaran-sasaran, kebijaksanaan, serta prosedur yang dapat
dijadikan pedoman oleh para manajer sewaktu mereka mengambil keputusan yang
bersifat rutin dan repetitif (berulang). Problem yang terstruktur dengan baik
dan yang tidak bersifat kompleks dapat dipecahkan dengan keputusan-keputusan
yang terprogram. Kemampuan pengambilan keputusan lebih baik dapat dikembangkan
melalui: latihan, pengalaman, pengetahuan yang bertambah tentang proses
pengambilan keputusan.
F.
Sifat
keputusan
Sifat
keputusan disesuaikan dengan kondisi dan dampak dari suatu keputusan. Hal-hal
yang bersifat rutin dan berdampak kecil, seperti retur penjualan, dapat
diselesikan dengan menyusun sistem dan prosedur sehingga dapat diputuskan
secara terprogram.
Keputusan
terprogram dibuat dalam kaitan dengan kebijakan, prosedur, atau peraturan
tertulis atau tidak tertulis yang menyederhanakn pembuatan keputusan dalam
situasi yang terjadi berulang kali dengan membatasi alternatif. Sampai batas
tertentu keputusan terprogram membatasi kebebasan karena individu kurang
mempunyai keleluasaan dalam melimilih apa yang akan dikerjakan namun bisa
menghemat waktu sehingga kita dapat lebih memerhatikan kegiatan lain yang lebih
penting.
G.
Teknik
untuk Merangsang Kreativitas
1. Brainstorming
Pemunculan ide
dalam kelompok melalui diskusi non-kritis.
2. Teknik
Delphi
Metode penetapan
keputusan dengan cara membandingkan pendapat-pendapat anonym terkait topic
bahasan melalui sekumpulan kuesioner berurutan.
3. Teknik
Kelompok Nominal
Metode penetapan
keputusan yang terjadi dalam rapat berstruktur, keputusan kelompok berdasarkan
penilaian matematis atas masukan.
H.
Pengaruh
Prilaku dalam Pengambilan Keputusan
1. Nilai
Nilai
ialah panduan dan keyakinan yang dipakai seseorang saat berhadapan denga
situasi penetapan pilihan. Pengaruh dari nilai dalam proses pengambilan
keputusan dapat ditemukan pada:
a.
Menetapkan tujuan,
sangat penting untuk melakukan penilaian sistem nilai terhadap pemilihan
kesempatan dan penentuan prioritas.
b.
Mengembangkan
alternative, sangat penting untuk melakukan penilaian sistem nilai mengenai
berbagai kemungkinan.
c.
Pemilihan alternative,
nilai yang dipegang oleh pengambil keputusan mempengaruhi alternatif mana yang
akan dipilih.
d.
Implementasi keputusan,
penilaian diperlukan dalam memilih cara implementasi.
e.
Tahap evaluasi dan
control, penilaian tidak bisa dihindari ketika melakukan tindakan korektif.
2. Kecendrungan
terhadap resiko
Anda
tentu sadar bahwa para pengambil keputusan berbeda-beda dalam kecendrungan
mereka mengambil resiko. Aspek spesifik dari kepribadian ini sangat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pengambil keputusan yang memiliki
kecendrungan menghindari resiko yang rendah akan menetapkan tujuan yang
berbeda, mengevaluasi alternatif dengan cara yang berbeda, dan memilih
alteratif dengan cara yang berbeda pada situasi yang sama dibandingkan orang
yang memiliki kecendrungan menghindari resiko yang tinggi. Kecendrungan
terhadap resiko ini juga dipengaruhi apakah hasil potensial dikarakteristikkan
sebagai keuntungan atau kerugian.
3. Potensi
terhadap disonansi
Dalam
pengambilan keputusan seringkali seseorang merasa cemas pada apa yang
seringkali terjadi setelah pengambilan pengambilan keputusan dibuat. Kecemasan
inilah yang disebut Festinger sebagai disonansi kognitif. Teori disonansi
kognitif Festinger menyatakan bahwa seringkali terjadi ketidakkonsistenan atau
disharmoni antara berbagai aspek kognitif induvidu (seperti sikap dan
keyakinan) setelah keputusan dibuat. Hal ini menyebabkan pengambil keputusan
akan memiliki keragu-raguan terhadap pilihan yang telah diambil.
Siebel
System memahami disonansi dengan sangat baik dan memiliki kebijakan bahwa
proses pengambilan keputusan harus tegas dan meyakinkan, untuk mempertahankan
fokus dan menghindari dari keragu-raguan. Tom Siebel, CEO, telah mengembangkan
gaya dan proses pengambilan keputusan yang mengetengahkan apa yang dia sebut
keputusan yang tegas dan bersih.
4. Peningkatan
komitmen
Bertambahnya
kesetiaan terhadap keputusan sebelumnya, dimana pengambil keputusan yang
rasional akan mundur disebut dengan peningkatan komitmen. Hal ini disebabkan
oleh keinginan untuk mengubah kerugian atau keputusan yang buruk menjadi sebuah
keuntungan atau keputusan yang baik. Peningkatan komitmen mungkin terjadi
diakibatkan terlalu melibatkan ego dalam proses pengambilan keputusan.
BAB
III
Kesimpulan
Kesimpulan
Pengambilan
keputusan adalah proses memilih rangkaian/ tindakan diantara dua macam
alternative yang ada (atau lebih) guna mencapai pemecahan atas problema
tertentu.
Ada
beberapa proses dalam pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan
problema yang berkaitan dengan sasaran-sasaran yang ingin dicapai
b. Mengidentifikasi
pemecahan-pemecahan alternatif
c. Menganalisis
hasil masing-masing alternative
d.
Memilih salah satu
alternative untuk diimplemetasikan
Dalam
setiap menghadapi masalah seorang manajer biasanya mengambil suatu keputusan
yang berbeda-beda tergantung dari masalah apa yang ia tangani karena dalam
mengambil keputusan seorang manajer harus bisa melihat dari berbagai aspek.
Herbert Simon, membedakan dua tipe keputusan:
a.
Keputusan
terprogram
b. Keputusan tidak
terprogram.
Daftar
Pustaka
Prof.
DR. Winardi, SE. 2010 Asas-asas Manajemen.. Bandung: CV. Mandar Maju
Ivancevich,
Jhon M. dkk, 2007. Perilaku dan
Manajemen Organisasi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
blognya bagus sekali kak makasih
BalasHapuse money alfamart