Studi
analisis wacana bukan hanya sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur
dan tata aturan yang berupa realitas. Realitas dipahami sebagai seperangkat
konstruk yang dibentuk melalui wacana. Persepsi kita tentang suatu objek
dibatasi oleh pandangan benar dan salah.
Dalam
khazanah tekstual, studi analisis wacana termasuk dalam paradigma kritis. Wacana merupakan alat yang
merepresentasikan adanya kelompok dominan dan adanya kelompok yang
termarjinalkan. Berbagai ahli wacana mempunyai pendekatan yang berbeda. Bagaimana seharusnya wacana tersebut
dilihat dalam teks media
A. PENDEKATAN
UTAMA DALAM ANALISIS WACANA
Analisis
wacana termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini memiliki pandangan tertentu
bagaimana media, dan pada akhirnya berita harus dipahami dalam keseluruhan
proses produksi dan struktur sosial. Pandangan ini dipengaruhi oleh ide dan
gagasan Marxis yang melihat masyarakat sebagai suatu sistem dominasi, dan media adalah alat
kelompok dominan untuk memanipulasi dan mengukuhkan kehadirannya diikuti dengan
memarjinalkan kelompok minoritas. Beberapa ilmuwan yang berperan dalam paradigma ini ialah Michael Foucault, Antonio
Gramci, Sekolah Frankfurt, dan Louis Althusser. Ada beberapa pendekatan dari
analisis wacana di antaranya[1]:
1. Analisis
Bahasa Kritis (Critical Linguistic)
Criticial Linguistik
dibangun oleh sekelompok pelajar di Universitas East Anglia pada tahun 1970-an.
Pendekatan ini memusatkan analisis wacana pada bahasa dan menghubungkannya
dengan ideologi. Inti dari gagasan ini adalah melihat bagaimana gramatika
bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain, aspek
ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa
yang dipakai.
2. Analisis
Wacana Pendekatan Prancis (French Discourse Analysis)
Pendekatan ini dikenal
juga dengan istilah pendekatan Pecheux yang menyatakan bahwa bahasa dan
ideologi bertemu pada pemakaian bahasa dan materialisasi bahasa pada ideologi.
Hemat penulis, kata yang digunakan dan makna dari kata-kata menunjukkan posisi
seseorang dalam kelas tertentu. Bahasa dipahami sebagai medan pertarungan
melalu mana berbagai kelompok dan kelas sosial berusaha menanamkan keyakinan
dan pemahamannya.
3. Pendekatan
Kognisi Sosial
Pendekatan kognisi
sosial dikembangkan oleh pengajar di Universitas Amsterdam, Belanda, dengan
tokoh utamanya Teun A. van Dijk. Titik perhatian Van Dijk adalah padaa masalah
etnis, rasialisme, pengungsi, dan kelompok minoritas lainnya yang
termarjinalkan. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan kognisi sosial karena
Van Dijk melihat factor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.
Wacana dilihat bukan hanya dari strukturnya, seperti bahasa, pemilihan kata,
dan lain-lain, namun juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses
produksi wacana itu menyertakan suatu proses yang disebut sebagai proses
kognisi sosial.
Dari analisis teks
misalnya, diketahui bahwa wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas dalam pembicaraan public.
Oleh karena itu, dengan melakukan penelitian yang komprehensif mengenai kognisi
sosial akan dapat dilihat sejauh mana keterkaitan tersebut., sehingga wacana
sebagai representasi dari realitas dapat dilihat secara utuh.
4. Pendekatan
Perubahan Sosial
Analisis wacana ini
memusatkan pada bagaimana wacana dipandang sebagai praktik sosial. Wacana juga
melekat dalam situasi, institusi, dan kelas sosial tertentu. Dengan memaknai
hal tersebut, maka akan membantu peneliti untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana
wacana dapat memproduksi dan mereproduksi status quo serta
mentransformasikannya.
5. Pendekatan
Wacana Sejarah
Analisis wacana ini
dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Vienna di bawah Ruth Wodak. Penelitian
mereka tentang pendekatan ini menunjukkan bagaimana wacana seksisme, antisemit,
rasialisme dalam media dan masyarakat kontemporer. Wacana dalam pendekatan ini
disebut sebagai historis karena menurut Wodak, analisis wacana haruslah menyertakan
konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu kelompok atau komunitas
digambarkan. Misalnya penggambaran yang buruk atau rasis tentang suatu kelompok
tertentu, terbangun lewat proses sejarah yang panjang. Prasangka, bias,
misrepresentasi dan sebagainya harus dibongkar dengan melakukan tinjauan
sejarah karena prasangka itu adalah peninggalan atau warisan lama yang panjang.
B. LANDASAN
FILOSOFIK DAN KARAKTERISTIK TIAP PENDEKATAN
Teori
wacana menjelaskan sebuah persitiwa atau terbentuknya kalimat atau pernyataan.
Menurut pemahaman teori wacana lebih jauh, motivasi/maksud/niat manusia
menuliskan sebuah kalimat atau pernyataan sangat ditentukan oleh bahasa yang
dikenalnya. Sebenarnya teori wacana dalam tradisi filsafat sudah sangat tua.
Aristoteles pernah membahasnya secara teliti dalam karyanya De Interpretatione. Teori wacana menjadi
aktual dalam diskusi filsafat kontemporer bahwa arti bahasa tidak bergantung
dari maksud pembicara atau pendengar ataupun dari referesnsinya pada kenyataan
tertentu.
Karakteristik
Analisis Wacana
Dalam
analisis wacana, bahasa merupakan objek analisis yang tidak hanya dilihat dari
sisi linguistiknya, tetapi juga berhubungan dengan beberapa karakteristik,
yaitu[2]:
- Tindakan
Prinsip pertama, wacana
dipahami sebagai bentuk interaksi. Orang berrbicara atau menulis bukan hanya
untuk dirrinya sendiri, namun untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang
lain. Dengan pemahaman seperti ini, ada beberapa konsekuensi
bagaimana wacana harus dipandang, yaitu;
a. Wacana
dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan baik untuk memengaruhi, mendebat,
membujuk, menyangga, bereaksi, dan lain sebagainya.
b. Wacana
dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan
sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.
- Konteks
Analisis wacana
mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan
kondisi. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan
konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Dalam hal ini,
dibutuhkan tidak hanya proses kognisi melainkan juga gambaran spesifik dari
budaya yang dibawa. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh
terhadap produksi wacana; Pertama, Partisipan wacana, latar siapa yang
memproduksi wacana (jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis,
agama). Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara
dan pendengar, atau lingkungan fisik yang berpengaruh untuk menangkap suatu
wacana. Berbicara di pasar berbeda dengan berbicara di ruang pengadilan. Karena
situasi sosial dan aturan yang melingkupinya berbeda. Hal itu menyebabkan partisipan komunikasi
harus menyesuaikan diri dengan konteks yang ada. Oleh karena itu wacana harus
dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya.
- Historis
Salah satu aspek
terpenting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam
konteks historis tertentu. Misalnya, kita akan menganalisis selebaran mahasiswa
menentang Soeharto. Pemahaman mengenai
wacana teks ini hanya akan diperoleh jika kita bisa memberikan konteks
historis di mana teks itu diciptakan. Oleh karena itu, pada waktu melakukan
analisis perlu tinjauan untuk mengerti bahasa yang digunakan dan alasan sebenarnya
wacana itu dikembangkan.
- Kekuasaan
Konsep kekuasaan adalah
salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Analisis wacana
tidak membatasi dirinya pada pada detail teks atau struktur wacana saja, tetapi
juga mengaitkannya dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan
budaya tertentu.
Percakapan antara buruh dan majikan bukanlah
percakapan yang lamiah karena di sana terdapat dominasi kekuasaan majikan
terhadap buruh tersebut. Sangat penting untuk melihat fungsi control untuk
memahami wacana kekuasaan. Kelompok yang dominan sangat mungkin membuat
kelompok lain untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan keinginan kelompok
dominan. Bentuk control terhadap wacana dapat melalui konteks yang dapat
dilihat dari siapakah yang boleh dan harus berbicara, dan siapakah yang hanya
harus diam mendengarkan.
Selain itu, dapat juga
dilihat melalui struktur wacana. Seseorang yang mempunyai harta, kuasa, akses,
dan berpendidikan akan mempunyai andil paling besar dalam menentukan apa-apa
saja isi dari suatu wacana bahkan bagaimana pembingkaiannya.
- Ideologi
Teks, percakapan, dan
lainnya adalah bentuk praktek atau
cerminan dari ideologi tertentu. Ideologi dibangun oleh suatu kelompok dominan
yang bertujuan untuk mereproduksi atau melegitimasi dominasi mereka. Salah satu
strategi utamaya adalah dengan menyadarkan khalayak bahwa dominasi itu diterima
secara taken for granted. Wacana dalam karakteristik semacam ini
dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi
serta mengkomunikasikan kepada khalayak
produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak sah dan
benar.
C.
ANALISIS WACANA DALAM PENELITIAN
KOMUNIKASI
Analisis
wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi
kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif
menekankan pada “apa”, maka analisis wacana menekankan pada “bagaimana” teks
komunikasi, “bagaimana” pesan itu disampaikan. Analisis
wacana melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks. Analisis wacana
dalam penelitian, yaitu :
1. Analisis
wacana bersifat kualitatif, lebih menekankan pada pemaknaan teks. Dasar
analisis ini adalah interpretasi dan penafsiran peneliti.
2. Analisis
wacana memfokuskan pada pesan tersembunyi. Makna suatu pesan tidak hanya
ditafsrikan sebagai apa yang tampak tapi jujga harus dianalisis dari makna yang
tersembunyi.
3. Analisis
wacana menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Kita dapat melihat
bagaimana suatu peristiwa bisa digambarkan dengan sedikit atau banyak detail
dalam teks.
4. Wacana
dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan, pertanyaan, ancaman. Wacana juga
dapat digunakan unutk mendiskriminasi atau mempersuasi orang lain untuk
melakukan diskriminasi.
Ann
N. Crigler berpendapat, analisis wacana termasuk dapam pendekatan
konstruksionisme yang depat dengan dua karakter yaitu pertama, pendekatan konstruksionisme menekankan pada politik
pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas
politik, kedua, pendekatan
konstruksionisme memandangan kegiatan komunikasi sebagai proses yang terus
menerus dan dinamis.[3]
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan utama dalam analisis wacana:
1.
Analisis bahasa
kritis (Critical Linguistic)
2. Analisis
Wacana Pendekatan Prancis (French Discourse Analysis)
3. Pendekatan
Kognisi Sosial
4. Pendekatan
Perubahan Sosial
5. Pendekatan
Wacana Sejarah
Teori wacana
menjelaskan sebuah persitiwa atau terbentuknya kalimat atau pernyataan. Menurut
pemahaman teori wacana lebih jauh, motivasi/maksud/niat manusia menuliskan
sebuah kalimat atau pernyataan sangat ditentukan oleh bahasa yang dikenalnya
Karakteristik
analisis wacana
1. Tindakan
2. Konteks
3. Historis
4. Kekuasaan
5. Ideologi
Analisis wacana
dalam penelitian komunikasi
1. Analisis
wacana bersifat kualitatif
2. Analisis
wacana memfokuskan pada pesan tersembunyi
3. Analisis
wacana menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how)
4. Wacana
dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan, pertanyaan, ancaman
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto. 2011. Analisis Wacana-Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta:
PT.LKis Printing Cemerlang
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar