Teori Agenda Setting

Secara singkat teori ini mengatakan media (khususnya media berita) tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikirkan, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita pada pa yang harus kita lakukan.
Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaanya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhartian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat, tokoh siapa yang harus kita dukung.[1]

Dengan kata lain agenda media akan menjadi agenda masyarakat. Jika agenda media adalah pemberitaan tentang kasus korupsi, maka agenda atau pembicaraan masyarakat juga sama seperti yang diagendakan media tersebut. Hal ini berarti, jika pemberitaan media massa tentang kenaikan harga bahan bakar yang kontroversial, yang menjadi bahan pembicaraan masyarakat juga tentang kenaikan harga bbm itu.[2]

Stephen W. Littlejohn (1992) pernah mengatakan, agenda setting ini beroperasi dalam tiga bagian sebagai berikut:[3]

a.  Agenda setting itu sendiri harus diformat, proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali.

b. Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda public atau kepentingan isu tertentu bagi public. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan seberapa besar kekuatan media mampu mempengaruhi agenda public dan bagaimana public itu melakukannya.

c. Agenda public memengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan public yang dianggap penting bagi individu.[4]

Untuk memperjelas agenda (agenda media, agenda khalayak, dan agenda kebijakan) dalam teori agenda setting ini, ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard Jr. 1992) sebagai berikut.

1.    Agenda media terdiri dari dimensi-dimensi berikut.
a. Visibility, yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
b. Audience Salience, yakni relevansi isi media dengan kebutuhan khalayak.
c. Valence, yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2.    Agenda Khalayak terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a. Familiarity, yakni derajat kesadaran khalayak akan topic tertentu.
b. Personal Salience, yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.
c. Favorability, yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topic berita.

3.    Agenda Kebijakan terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a. Support, yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu
b.Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.[5]




[1] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)hal. 195
[2] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)hal. 195-196
[3] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)hal. 198
[4] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)hal. 198
[5] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)hal. 198-199

0 comments:

Posting Komentar